Sunday, May 25, 2008

FiQir: Aku dan Deja Vu


24.5.08: Bersebelahan Stesen Rel Tunggal, KL Pusat.
Aku ada puisi yang aku tulis 11 tahun dulu berkenaan dengan subjek di atas, tapi di tempat lain. Itu dulu, sebelum aku ada hp berkamera dan blog ini. Aku hanya coret atas kertas dan aku simpan dalam buku log.
.
PENGEMIS DI C.M [ 22/12/96 ]
Dua bayang-bayang manusia dari cermin dunia
asyik melukis makna kehidupan pada aspal,
masing-masing dengan cerita yang hampir serupa.

Garis-garis pada muka adalah liku-liku perjalanan
terhasil oleh terik matahari dan debu jalan
dan jejantas adalah teduhan sewaktu hujan.

Bisikan hati mereka adalah luka
terhiris ketika tersepit di celah kehidupan
termenung panjang melihat dupa yang kosong.

Lambaian pohonan palma tidak menarik lagi
Bayu yang berhempas kering dan pantas
menambah kegelisahan pada hati.
---------------
Dalam satu puisi lain, aku ceritakan tentang makcik tua yang mengemis dan seorang pelukis jalanan yang menjual lukisan 'derita' perempuan tua itu:
.
PEREMPUAN TUA [ 29 / 8 / 96 ]
Di satu sudut yang lain di Central Market
seorang pemuda dengan tenang melukis
kesunyian perempuan tua di kaki lima
dengan warna-warna kusam dan pudar
menggambarkan perasaan ( yang sebenarnya dia tidak faham )
Lalu seorang berada di sampingnya
memerhatikan kedua-duanya
lantas mengeluarkan duit dari kocek
memilik lukisan yang punyai perasaan, katanya
semoga dia insaf pada erti penderitaan

Di kaki lima
perempuan tua memandang sayu pelukis muda
sedang gembira merasai hasil seni yang dihargai
dengan kecewa sambil berkata,
‘ Ya Tuhan, rezekiku telah pergi kepadanya ‘
kemudian dia kembali tunduk
Masih di kaki lima
tidak seperti lukisan hidupnya.
-------------------
.
Itulah kehidupan sebenarnya....
.

No comments:

Papan Iklan

Papan Iklan
Homestay. Klik Imej

Join

BlogMalaysia.com