Sepotong kayu yang hanyut...

.

[perlu dibaca dengan cara syarahan berintonasi ala-ala Pak Aminul]



Bacalah!
Kenapa hatimu keras, wahai anakku? Kenapa kamu enggan bangun lalu ke suro untuk menyahut seruan itu? Katakan kenapa, jawab!

Katakan kenapa kamu sanggup menolak kedameian dan ketenanganyang pasti ada di sana? jawab anakku!


Bukankah kedameian dan ketenangan itu yang kamu cari-cari selama ini? Bukankah kedameian dan ketenangan itu yang didambakan oleh seluruh umat manusia? Sila jawab anakku.

Apakah kamu bisa mendapatkan kedameian dan ketenangan dengan cara menarik selimutmu langsung ke atas, lantas terus hanyut dalam tidurmu? Dalam mimpimu? Jawab!



Bacalah!
Bacalah dengan nama Allah yang mengajarkan manusia!

Kedameian dan ketenangan yang kamu cari sebenarnya ada dalam diri kamu sendiri, tetapi kamu buta. Hati kamu buta untuk melihatnya. Hati kamu kotor untuk merasainya. Sedangkan kamu tahu bahawa kedameian dan ketenangan itu adalah anugerah daripada Allah!!!

* praaanggggg!!! (bunyi petir) *


Kedameian dan ketenangan itu Fitrah, wahai anakku. Ia ada dalam dirimu jika kamu mahu mendapatkannya. Hanya jika kamu mahu. Bacalah!!!

* praaanggggg!!! (bunyi petir) *


Apakah kamu mahu menjadi seperti sepotong kayu yang hanyut ke tepian pantei? Sepotong kayu yang reput, yang sudah amat luntur warnanya? Sedangkan dulu ia sungguh hijo dan gah berdiri kuat menahan ribut. Sungguh kokoh akar-akarnya memasak jauh ke dasar bumi. Lalu ia masih enggan tunduk. Coba kamu fikirkan, anakku. Bacalah!


Akhirnya, ia temui kedameian dan ketenangan setelah hanyut berbulan-bulan, malah bertahun-tahun di lautan. Setelah ia reput dan terbiar di tepian pantei.

Ia hanya temui kedameian dan ketenangan setelah terdampar lesu.

Janganlah kamu menjadi seperti sepotong kayu yang reput itu, anakku.

Marilah kita sama-sama beristighfar...



* musik latar - Itirof *





.