Rambut putih... sudah tua rupa-rupanya....

.

Di langit. (lihat langit). Ada bulan dan bintang.
Aku menghitung, membelai helai-helai rambut putih, banyak tak terhitung.
Aku mencongak, menilai setiap inci kedut dan keruping pada wajah hodoh.
Sudah lama... sudah tua.
Namun bulan dan bintang jauh lebih tua. Namun tiada kedut pun pada wajah bulan.
Tiada hilang pun kerdipan bintang.
Aku genggam tangan yang kurus dan tinggal tulang itu. Runcing jarinya.
Kuning sudah kukunya. Kotor.
Ibarat segala benda yang dipegang-genggam oleh tangan itu. Kotor.
Aku cium bau tubuhnya. Hapak. Busuk. Hanyir.
Daging-daging yang terbentuk dari makanan yang dimakan sepanjang hayat.

Aku tenung cermin yang tak memaparkan apa-apa bayang pun. Kosong.
Sedangkan aku sedang membelai rambut putih.
Sedang menatap wajah berkedut seribu dan berkeruping pula.
Sedang memegang tangan yang kurus, jari yang runcing, kuku yang tajam.
Sedang menghidu bau hapak, busuk dan hanyir.
Tapi pada cermin itu tiada paparan langsung.

Lalu aku lepaskan semuanya.
Aku jauhi semuanya.
Perlahan-lahan ia terapung-apung dan terbang.
Terbang meninggalkan aku.
Terbang menuju ke tanah perkuburan...




.