Aku sahut permintaan Tasek Merah. Jadi, inilah babak-babak yang dipotong oleh lembaga pemotongan filim...
Cut scenes:
Maka sembah Jawa itu lagi, ' Ibarat mengumbah kain, tuanku. Tidak kira dikusal sekian lama, jika ketumbinya masih ada, kotornya tak akan ke mana-mana, tuanku'
Maka kata Seri Nara DiRaja dalam hati, sungguh biadap Jawa ini, dengan Sultan berbicara ketumbi, tiadakah yang lain dijadikan misal?
Maka kata Sultan, 'Orang Kaya-Kaya semua, kita akan membuang si Tuah itu, apa bicara kamu sekalian?' Maka berdiamlah semuanya, angguk tidak geleng pun tidak.
Maka titah Sultan, ' Hukum orang derhaka, bunuhlah hukumannya!'
......
Maka Seri Nara DiRaja pun memberi salam, ingin menaiki anak tangga. Maka dihalangi oleh Jebat di pintu. Maka berhentilah Seri Nara Di Raja di situ.
Lalu Jebat memengkis, 'Jangan Orang Kaya naik ke mari! Datang tak berjemput, tunggulah sahaja Orang Kaya di bawah'
Maka dilihat Jebat itu lagi memengkis, maka Seri Nara DiRaja pun turun ke tanah semula. Maka didengar oleh Tuah perihal Jebat itu memengkis Orang Kaya, maka katanya 'Jebat! Jangan engkau biadap'.
......
Maka kata Seri Nara DiRaja, 'Mahukah anakanda berjanji?
Maka ditanya oleh Tuah pula, 'Mengapa, adakah Orang Kaya bermuslihat?'
Maka kata Seri Nara DiRaja, 'Berjanjilah anakku!' lalu berkatalah Tuah, 'Baiklah'
Maka, setelah hampir sampai ke tempat yang dituju lalu Seri Nara DiRaja pun menyuruh Temenggung dan para pengiring berhenti, lalu mereka berlima pun berhentilah. Maka Seri Nara DiRaja pun mengambil keris tanda dari Sultan dari dulang lalu pergi mendapatkan Tuah.
Maka kata Seri Nara DiRaja, 'Tinggallah kalian di sini, biarlah pekerjaan ini aku seorang jalankan'.
Maka disambut oleh Temenggung, 'Baiklah, kata Orang Kaya tidaklah kami lalui'.
.........
Setelah sudah maka kata Seri Nara DiRaja, 'Dengar pesanku wahai anakanda. Di hujung hutan ini ada sebuah pondok lama tiada yang empunya. Anakanda duduk diamlah di situ hingga sampai masanya. Di situlah anakanda aku taruhkan. Bawa Tamingsari itu ke mari, Sultan mahu bukti'.
.......
Maka kata Jebat, 'Lupakah pada siapa Tamingsari ini?'
Maka dilihatnya pengawal makin banyak, lalu dikuncinya semua pintu, hanya satu pintu dibiarkan buka. Maka perempuan kendakannya itu pun dibunuh, dihirisnya dari muka lalu ke perutnya dan ditelanjanginya. Maka bertambahlah murka Sultan bila mengetahui gundik baginda telah dibunuhnya.
.......
Maka setelah sampai, lalu dilihatnya Tuah lagikan kurus dan pucat, jalan bergoyang-goyang, maka sedihlah baginda. Maka dianugerahi baginda akan sepersalinan dan ayapan.
Setelah sudah makan, maka diambil Sultan keris dari sisip pinggang baginda diberi pada Tuah. Maka titah baginda, 'Basuhkan arang di mukaku ini'.
Maka dilihat Tuah itu bukan Tamingsari, maka berkatalah Tuah, ' Jangankan dibunuh, diluka pun belum tentu. Sekadar berjaga dirilah hamba dengan keris ini'.
.
No comments:
Post a Comment