.
....lalu terangkat tabir mulkil
tersingkaplah segala derajat atas angin
di depan khalayak marhain yang bingung
Maka ditulis pula:
Si polan dan si polan mari ke sini
Si anu dan si anu menjauh ke sana
Lalu berbondong²lah datang berjabat tangan
Sebaliknya, adalah dua tiga bertepuk bahu
Maka mong-mong pun diketuk orang
terpekik-pekik pula siar berulang²
Aku yang berdiri di tepi jalan ini
mencemik bibir dan dalam hati
berkata " Ada aku peduli? "
(dengan berita itu)
Kalau yang dahulu-dahulu, cerita dibina
barulah tercabut kuasa direntapnya
Tapi yang ini....yang ini?!!
cerita dibina oleh yang direntap kuasa
terhadap si pencabut kuasa
Hmmm....lihatlah nanti...
Maka biarkan saja si luncai terjun
dengan labu-labunya
" BIARKAN...BIARKAN "
(suara marhain dibelit akar umbi)
.
.
1 comment:
Aduh Neng
hadirmu tidak pernah kuseru
Aduh Neng
cukuplah merasuk ikut nafsu
Aduh Neng
kepindingmu sudah masuk baju
Aduh Neng
Aduh Neng
...
Tetiba karok lagu Nukilan.
Eheh.
Post a Comment