Siang berbaju labuh, malam berbaju rantai...

.


Maka sesudah memanda menteri berucap selaku pengerusi majelis, maka sesudah mamak bendahara pun berucap maka ayapan pun diarak inang dan dayanglah. Mana yang lapar menggosok perutnya, mana yang haus menggosok tekaknya. Maka akan segala inang dan dayang pun diberikannya makanan secukupnya, tiada lebih dan tiada pula kurang.


Maka setelah semuanya sudah, maka mamak bendahara pun menyuruh segala inang pergi mengambil persalinan berupa T-Shirt '1Melaka, seantero nusantara'. Maka setelah dapat, disuruh pula diberi seorang satu persalinan barang seorang, tiada lebih dan tiada pula kurang.


Maka bersorak-sorailah semua pemuda dan pemudi yang kekenyangan dengan ayapan percuma  dan kudap-kudapan dari dapur istana. Maka masing-masing pun mengucapkan selamat dan terima kasih yang tak terhingga kepada mamak bendahara yang kemudian bangun berdiri di tengah-tengah balairong seri seraya mengangkat tangannya dan berkata "rakyat didahulukan, sultan diutamakan". Selanjutnya, berpantunlah mamak bendahara seperti berikut:


Kapal petola kapal berjolai.... (err.... kapal petola kapal petolai?)
Siang berbaju labuh malam berbaju rantai.



Maka demi menengar akan pantun dua kerat itu, maka segala khalayak yang ada semuanya menggaru-garu kepala.

"Siang berjubah, malam berantai?", tanya seorang.

"Siang jadi alim, malam jadi gengster pakai rantai leher?", tanya seorang yang lain.

"Siang jadi mata-mata, malam jadi polis bawa gari?", tanya pula seorang yang lain.



Maka segala khalayak yang ada semuanya tergaru-garu seperti kera dipanjat kerengga lagaknya, begitulah kira-kiranya...



Yang Benar,

Nakhoda Berjolai melaporkan






Nota ringkas:

Siang berbaju labuh malam berbaju rantai =
Siang berkain layar (berlayar), malam berantai sauh (berlabuh) dan berjaga-jaga.






.