Daerah Malaikat
Desa sepi ini,
idam para hatinya Malaikat,
terlarang para hatinya Syaitan.
Pada rimbunan hijau,
himpunan para abdi suci.
Pada rimbunan hijau,
himpunan para abdi suci.
Pada kolam tenang,
nafsu-nafsi terkunci.
Pada dedaun keladi,
mengirim zikir pada angin.
Pada teratai,
membilas dosa-dosa dengan embun.
Pada gunung, pada batu,
terkumpul kekuatan.
Sejuk dan terpinggir desa ini,
untuk para dewa.
Pada hati yang alpa,
desa ini subur dengan gila,
kabus menyisih pandangan,
hijabnya segenap lembah.
Pada hati yang mungkir,
desa ini subur dengan hutan,
melihat belantara penuh unggas,
dan lolongan haiwan.
.
9 comments:
meresap masuk kedalam sanubariku
terdapat juga wanita bidadari yang matanya hijau berkaca..
dicemburui para isteri..
tidak terusik atau disentuhi
memakai pakaian sutera berlapis
namun keserlahan susuk tubuh terpancar sinarnya..
....bidadari 'aina mardhiah' untuk mukmin solihin...
.....dan aku terus susu sasap di celah awan...
seperti seekor biang lala....
berlari-lari di kaki biru langit lazuardi....
Errrr...apa aku tulis ni ek...???
Entah....
Saya pun tak tau nak komen apa ni. Tepaku seketika..
Sungguh...tak pandai nak ulas puisi
Azani,
biarkan ia kekal di situ...
Ashley,
Ya, bidadari syurga jelmaan dunia...
CkLah,
Ya, dicelah awan yang lazuardi, kita mukim di situ menunggu seruling subuh yang meganya muncul di barat, kita umpama kapas di balik awan sana...
Waterlily,
Sambung je puisi tu macam dia orang tu.... senang....hahaha
Salam puisi.
Wahyudi-my,
Salam juga buatmu, mari kita ronggeng puisi...hahaha
aku tak pandai.
TM,
Mari kupimpin tangan mulusmu, masuk dalam puisi, kita RONGGENG! hahaha
Post a Comment